# Resume Kuliah ke-3 Belajar Menulis Gel.8
Pada kuliah ketiga yang berlangsung tadi malam,
Rabu, 21 Oktober 2020 disampaikan oleh Ibu Noralia. Nama lengkapnya Noralia Purwa Yunita, M.Pd. Beliau lahir di Kudus, 12 Juni 1989. Meski usia masih
tergolong muda sederet prestasi di dunia tulis-menulis tidak bisa dipandang
sebelah mata. Banyak tulisan yang sudah dihasilkan oleh pemikiran perempuan
yang sekarang tinggal di kota Semarang. Adapun beberapa tulisan yang berhasil
dibukukan adalah meliputi bahan ajar Kimia SMA, buku antologi "Menciptakan
Pola Pembelajaran Efektif Dari Rumah", buku seri ekoji academy
"Digital Mindset", buku "Jurus Jitu Menulis Dan Berprestasi",
buku antologi " Kisah Inspiratif Sang Guru", dan beberapa artikel
yang telah dimuat di media daring dan cetak. Saat ini sedang tahap penyelesaian
naskah buku yang kedua untuk seri ekoji academy "Gamifikasi, Belajar
Menyenangkan Seasyik Bermain Game", naskah antologi bersama siswa "
Belajar dari Covid-19 " dan tahap finishing naskah buku "Kiat Praktis
Menulis Modul Berbasis Riset" yang merupakan pengubahan tesis menjadi
buku. Sudah lumayan banyak kan?
Pada kesempatan kuliah ke 3
Belajar Menulis Gelombang 8 ini beliau banyak menyampaikan proses yang dilewati
pada saat proses penulisan hingga menjadi sebuah buku. Menurut Bu Nora, panggilan
akrab beliau, apapun yang kita rasakan dan pikirkan, dapat diubah menjadi sebuah tulisan, karena beliau
yakin, tidak ada yang tidak bisa menulis, karena menulis, bagi perempuan yang pernah mengambil kuliah program sarjana di Univeritas
Negeri Semarang yang kemudian dilanjutkan program magister pendidikan di
Universitas Negeri Semarang, sama dengan berbicara. Bedanya hanya
dituangkan lewat tulisan. Beliau mencontohkan beberapa tulisan beliau yang
diambil dari ide-ide yang muncul pada kegiatan sehari-hari menjadi sebuah
tulisan. Misalnya peristiwa menjadi wali kelas dimasa PJJ beliau tuangkan dalam
tulisan “Menjadi Orang Tua Kedua”. Atau ketika
menonton sebuah film kemudian muncul ide tulisan yang berjudul ”Memahami Dunia
Anak lewat Tontonan”.
Bagi wanita yang kini menjadi salah satu penulis baru di Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan, buku
merupakan sejarah untuk beliau. “Jika saya sudah mati nanti, melalui buku ini
nama saya bisa diingat. Karya saya masih dapat dinikmati dan hidup meskipun
raga sudah tidak ada.” Banyak membaca tentunya, karena kegiatan menulis selalu beriringan
dengan membaca. Tetapi fokuskan ingin membuat karya apa dulu, apakah itu fiksi
atau non fiksi. Jika ingin menulis karya fiksi seperti novel, cerpen, dll,
perbanyak membaca buku jenis tersebut. Nantinya akan keluar ide dari kegiatan
membaca. Begitu pun juga untuk penulisan karya non-fiksi. Tentukan tema yang akan
ditulis, cari referensi baik dari buku sejenis atau jurnal ilmiah, lalu baca,
kemudian tulis.
Berkaitan dengan penulisan buku disampaikan
bahwa yang terpenting dari penulisan buku adalah outline. Tuliskan dulu
outlinenya. Outline menjawab pertanyaan what yaitu apa, why yaitu mengapa bisa
berarti pentingnya, manfaat, tujuan dan how yaitu bagaimana bisa berarti
aplikasi, penerapan, bagaimana cara/model/metode dan lain sebagainya. Jika kita
sudah punya outline, pastikan tulisan tidak keluar dari outline itu. Outline buku
terdiri dari 5W+1H, atau bisa juga 2W +1H. What, why dan how.
Ø What dan why untuk bab awal (pembuka)
Ø How untuk bab isi
Ø Biasanya diberikan contoh penerapan untuk bab terakhir (penutup)
Meskipun sudah banyak yang dihasilkan pun demikian
beliau juga mengalami kendala-kendala yang juga dialami oleh penulis lain. Beberapa
kendala yang sering kali dialami antara lain adalah banyaknya kegiatan menjadi kendala utama bagi perempuan yang kini mengajar di SMP N 8
Semarang. Tidak heran memang karena Bu Nora selain
mengajar, beliau juga aktif menulis di blog dan tergabung dalam komunitas
sejuta guru ngeblog, penulis baru di Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan, salah satu
tim admin di website guru penggerak, anggota komunitas koordinator virtual
Indonesia (KKVI), anggota Musyawarah Guru Mata Pelajaran Prakarya dan IPA,
serta Pembimbing ekstrakurikuler KIR SMP. Apalagi di masa Pandemi
seperti sekarang, bagaimana kita lebih disibukkan dengan segala jenis kegiatan
pembelajaran, karena perempuan yang aktif menulis di blog ini merasa daring
jauh lebih banyak persiapan daripada tatap muka. Untuk mengatasi kendala akan begitu banyaknya kegiatan yang dilakukan tersebut diatasi dengan membuat skala prioritas
dari berbagai kegiatan yang ada agar semua pekerjaan terselesaikan.
Untuk pembagian waktunya, pagi saya mengajar
hingga siang atau sore. Di saat ini fokuskan untuk menyelesaikan pekerjaan
sekolah, termasuk di dalamnya persiapan materi, perangkat, penilaian tugas dan
sebagainya. Materi biasanya dibuat VIDEO yang diupload di channel YouTube. Jika
ada waktu luang di sela mengajar dan tidak ada kegiatan atau persiapan untuk KBM
berikutnya sudah selesai, akan dilanjutkan untuk menulis. Malam waktu dengan
keluarga hingga anak-anak tertidur. Selanjutnya fokuskan untuk menyelesaikan penulisan,
persiapan KBM atau tugas lain rentang waktu jam 9-12 malam. “Jadi ketika anak-anak masih on, saya tidak memegang tugas
apapun. Karena bagi saya keluarga yang utama. jangan sampai waktu dengan mereka
berkurang karena kegiatan / pekerjaan”. Tentunya pekerjaan rumah tangga tetap beliau
prioritaskan di sela-sela penyelesaian segala tugas, karena sebagai ibu dan
istri itu adalah tugas utama. Begitu prinsip beliau. Kadang jika sudah lelah, dilanjutkan
tidur bareng dengan anak-anak, namun nantinya jam 2 pagi hingga subuh bangun
untuk menyelesaikan apa yang belum dikerjakan malam hari.
Lalu kendala berikutnya yang beliau alami adalah masalah
perbendaharaan diksi. Pemilihan kata biasanya membuat tulisan berhenti. Jika sudah mentok kosa kata, biasanya solusinya adalah membaca artikel orang lain atau membaca novel. Karya apapun perlu dibaca karena
dengan banyak membaca, akan memperkaya diksi kita. Karena menulis tidak bisa
dipisahkan dari kegiatan membaca. Membaca bisa dilakukan dengan buku fisik juga
dengan buku-buku digital. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Yang
penting kita merasa nyaman membaca, mau itu buku fisik maupun buku digital.
Lalu kendala yang terakhir, biasanya kita takut menulis karena takut salah. Perasaan ini beliau alami ketika di awal bergabung di grup menulis dengan om Jay. Tetapi om Jay meyakinkan bahwa tulis saja
dulu apa yang kita pikirkan, jangan permasalahkan EYD atau kaidah kebahasaan
yang lain. Cukup tulis hingga selesai. Jika sudah,baca
berulang lalu lakukan editing sesuai kaidah. Jika dari awal kita sudah
memikirkan EYD dan yang lain, maka tidak akan terwujud tulisan. Untuk swasunting, menurutnya merupakan proses
yang lebih lama dibandingkan menulis itu sendiri, karena selain editing EYD,
menghubungkan antar kalimat agar pas, membuat kalimat agar renyah dibaca memang
tidak mudah. Kiatnya adalah dibaca sendiri berulang-ulang, atau minta tolong
dibaca rekan guru lain atau rekan dengan profesi lain. Nantinya pasti ada banyak kekurangan yang
ditemukan.
Menaklukkan rasa malas dan jenuh itu masalah utama yang menghinggapi setiap penulis setelah
masuk dalam proses menulis. Kiat yang beliau berikan adalah NIAT, PAKSA, MAU. Niat
untuk mau menulis harus ada, tentunya harus dipaksa juga karena jika hanya ada
niat tetapi tidak ada kemauan kuat alias pemaksaan, maka kata MAU tidak akan
terwujud. Hal ini bisa diatasi dengan jalan-jalan atau hanging out atau hanya
sekedar membaca novel untuk refreshing. Paksa untuk memenuhi target menulis. Contohnya
target menulis Bu Nora wajib 1 bulan selesai
agar tidak bosan. 30 hari itu saya bagi ke dalam bab-bab yang sudah dituliskan di outline. Misal punya 5 bab, berarti dalam waktu 6 hari harus
selesai 1 bab + editing, jadi 30 hari selesai 5 bab. Begitu. NIATKAN, PAKSAKAN, DAN TUMBUHKAN KEMAUAN. Berkarya ketika waktu
luang itu biasa, namun berkarya di tengah kesibukan yang luar biasa, itu baru
istimewa. Menjadi motivasi penutup kuliah ke 3 ini. Demikian resume kuliah
ke-3. Semoga bermanfaat. Salam literasi.
No comments:
Post a Comment