Thursday 17 November 2022

Haru Biru Seorang Guru

Gambar: Berita Solo Raya-Pikiran Rakyat

Menjadi seorang guru apakah sebuah cita-cita? Bagi saya bukan awalnya. Namun,  seiring waktu saya mencintai dan bangga menjadi seorang guru. Terlebih hampir 17 tahun menjadi guru sudah banyak suka dan duka di dalamnya. 

Cita-cita semasa saya anak-anak adalah menjadi seorang pelukis. Rasanya senang bisa menggambarkan sesuatu lewat lukisan. Tapi ternyata itu hanya cita-cita seorang anak. Pada perkembangannya beralih dari satu cita-cita ke cita-cita yang lain. Di masa SMP saya ingin bercita-cita menjadi seorang pelari atau atlet. Hal itu disebabkan saya termasuk pelari yang cukup cepat ketika pelajaran olahraga. Barangkali karena bertubuh kecil sehingga gerakan menjadi gesit dan cepat. Namun, lagi-lagi waktu mengubahnya. 

Di SMA saya bercita-cita menjadi seorang akuntan. Meskipun saya ambil jurusan IPA saya juga mengambil  kursus akuntasi pada salah satu guru pelajaran akuntansi. Bayangan saya, bahagia dan senang kali ya menjadi seorang akuntan. Berkutat dengan uang dan terjamin keuangannya. Terlebih jika menjadi pegawai di institusi pemerintah. 

Di tingkat kuliah pun cita-cita kembali berubah. Saya berkeinginan menjadi seorang penerjemah. Sama sekali tidak berpikir untuk menjadi seorang guru ketika itu. Kedudukan dan penghasilan guru ketika itu memperihatinkan. Masih belum dapat menjamin untuk kehidupan selanjutnya. Keluhan beberapa guru yang pernah mengajar. Gaji yang kecil, jaminan makanan pokok /beras yang termasuk buruk, haraus mencari penghasilan lain di luar sekolah menjadi hal-hal yang membuat gambaran buruk tentang kondisi perekonomian seorang guru.  Hampir sebagian teman-teman kuliah pun tidak terpikir menjadi guru.

Namun, ketika mulai beranjak menuju lulus kuliah dan berhadapan dengan kenyataan di lapangan semua berubah. Bidang pendidikan lebih banyak tersedia di luar lingkungan kampus. Begitu kembali ke kampung halaman setelah lulus kuliah mulai mencari pekerjaan. Sebagai seorang sarjana pendidikan tentu diharapkan dapat bekerja di sekolah sebagai guru. Demikian  pun yang diharapkan oleh orang tua. Tetapi gambaran bekerja di sekolah tidak segampang bayangan sebelumnya. Bersyukur sambil melamar pekerjaan di berbagai sekolah, guru sekolah SD yang kini menjadi seorang kepala sekolah menawari pekerjaan untuk menjadi guru bahasa Inggris di sekolah yang dipimpinnya. Aku menerimanya. Selain mempraktekkan kembali praktek mengajar Bahasa Inggris untuk anak juga sebagai kegiatan selama mencari pekerjaan di sekolah menengah/SMP. 

Gaji pertama di SD tersebut adalah Rp 25.000 per pertemuan. Hadir di sekolah setiap minggunya dua kali. Mengajar  penuh di kelas 5 dan 6 pada da hari tersebut. Mungkin karena belum memiliki kebutuhan yang tinggi saya bersyukur saja dan tidak memikirkan soal gaji yang hanya sebesar itu. Sekitar 100000/bulan. 

Tidak berselang lama mengajar di sekolah dasar tersebut, saya mendapatkan kesempatan mengikuti seleksi proses pengangkatan guru bantu yang diadakan oleh Pemda Kabupaten Purbalingga. Lolos seleksi guru bantu dan ditempatkan di SMPN 2 Bobotsari. Sekolah pertama yang menjadi tempat saya bekerja sebagai guru secara full time. Dengan gaji sekitar 460.000 perbulan yang biasanya dibayarkan tiap 3 bulan sekali. Alhamdulillah sudah mendapatkan penghasilan sendiri setelah selesai kuliah.

Dari menjadi guru bantu inilah kesadaran untuk menjadi guru hadir. Ternyata saya termasuk sangat beruntung berada di bidang pendidikan. tidak lama menganggur setelah selesai lulus kuliah semuanya karena pekerjaan di bidang pendidikan. Meskipun proses yang dialalui tidak selalu mudah tetapi penulis merasa dimudahkan oleh Allah SWT.

Tidak lama menjadi guru bantu, hanya sekitar 1, 5 tahun, ada pembukaan pengangkatan PNS besar-besaran di tahun 2004. Saat itu adalah masa jabatan Presiden Susio Bambang Yudhoyono. Baik Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) ketika itu maupun Departemen Agama (Depag) sama-sama membuka kesempatan besar tersebut.  Wah, bimbang juga harus memilih mana yang harus dilewati karena proses tes seleksi berlangsung di waktu yang bersamaan sehingga harus memilih salah satu. 



Berdasarkan pengalaman menjadi guru bantu seharusnya penulis lebih memilih Depdikbud daripada Depag. Selain latar belakang pendidikan juga seluruhnya di sekolah umum. Namun setelah melewati proses pendaftaran, baik di Depdikbud maupun di Depag persaingan lebih sedikit terjadi di Depag sekitar 1:6 sedangkan di Depdikbud ketika itu 1:20. Maka dengan tekad mantap penulis memilih mengikuti proses seleksi di Depag. Dan alhamdulillah sesuai dengan harapan, dapat lolos menjadi CPNS di Depag dan ditempatkan di MTs Negeri Bobotsari, sekarang dikenal dngan MTs Negeri 2 Purbalingga. Syukur tiada terkira. Inilah puncak kesyukuran yang memantapkan kembali niat untuk menjadi guru yang lebih baik. 

Tidak mudah untuk dapat lolos seleksi ini. Banyak guru-guru yang lebih lama mengabdi dan sudah mengajar selama bertahun-tahun tidak lolos seleksi ini. Kesempatan dan rasa kesyukuran inilah yang memantapkan dan membulatkan tekad untuk menjadi guru yang baik. Kepercayaan dan amanah menjadi CPNS bukan hal ringan untuk disandang. Terlebih di Departemen Agama. Apa pun mata pelajaran yang diampu jika sudah berada di dalamnya maka akan dianggap memiliki kemampuan pengatahuan agama yang baik di masyarakat. Mampu mengajarkan hal yang terkait agama, tempat bertanya tentang keagamaan dan lain sebagainya.

Kini sudah hampir 17 tahun mengabdi di sekolah dengan  beragam lingkungan sekolah dan madrasah. Sekarang mengabdi di MTs Negeri 1 Purbalingga, yang dulu dikenal sebagai MTs Negeri Karanganyar dari mulai tahun 2016. Beragam karakter siswa yang sudah dihadapi yang mengajarkan banyak hal untuk dipelajari. Penulis tidak berhenti untuk belajar. Siswa adalah sumber belajar yang luar biasa bagi penulis. Setiap hari hal yang baru selalu hadir dari siswa dengan aneka keunikan masing-masing. 

Kesan guru sebagai tenaga yang mendapatkan penghasilan rendah pun kini tertepis. Adanya tunjangan profesi guru (TPG) perlahan mengubah nasib guru. Bahkan sekarang profesi guru menjadi banyak incaran lulusan kuliah. Tidak lagi dipandang sebelah mata lagi. Bersyukur saya berada di proses keduanya sehingga dapat merasakan perbedaan tersebut. 

Mudah-mudahan nasib yang lebih baik juga dirasakan oleh guru-guru honorer atau wiyata bakti. Aturanyang mendukung dan mengusahakan peningkatan kesejateraaan dan kompetensi mereka semoga segera terwujud pada tahun-tahun berikutnya. Sehingga tuntutan terhadap guru juga diimbangi dengan peningkatan kesejahteraan dan perekonomian guru. Semoga.

4 comments:

  1. Keren...berbagi cerita. Sungguh perjalanan yg panjang. Semoga sukses...

    ReplyDelete
  2. kesabaran bunda jadi manis hari ini dari 25.000- kini hampir 25 juta kali bun. semangat

    ReplyDelete
  3. Melihat lagi burung yang berputar, sekian purnama tidak melihatnya
    Ternyata perjalanan penulis sangatlah memotivasi. Buah dari kesabaran kini terasa manis dan indah untuk dibicarakan.
    Sehat selalu Bu

    ReplyDelete

Membeli Waktu

Assalamuallaikum warahmatulahi wabarakatuh  Bismillahirrahmanirrahim  Membeli Waktu Pada suatu hari, seorang Ayah pulang dari bekerja pukul ...